Thursday, February 7, 2013

To feel and to compliment someone's attittude: Tante Seraphina yang besar hatinya.

Saya bersilang orbit dengan komunitas paduan suara lingkungan St. Monika. Lingkungan ini termasuk dalam wilayah administratif katedral St. Petrus Bandung. Awalnya saya hanya membantu paduan suara ini untuk kepentingan pagelaran, karena waktu itu mereka kekurangan orang. Komunitas paduan suara lingkungan, bisa ditebak kalau kemampuannya pas-pasan. Namun ada satu orang yang luar biasa di sini.

Tante Seraphina. Dia memang selalu berjalan dengan tongkat bantu, dan duduk di kursi roda. Dia bukan manusia normal, tapi hatinya besar dan bersinar melebihi manusia normal. Dia bukan orang biasa.

Awalnya ada rasa iba dan sedih ketika bertemu muka, juga ketika memandang wajahnya saat ngobrol. Bukan karena menyedihkan, tetapi karena Ia terlihat seolah kesusahan dalam berjalan. Tapi setiap kali Ia bicara, entah kenapa saya selalu merasakan suatu energi, terang yang terpancar dari wajahnya. Di balik keterbatasan fisiknya, percaya diri dan kepasrahan Tante Seraphina dalam berbicara membuat dia sangat istimewa. 

Om Sani suaminya, selalu dengan setia mendampingi, memapah dan membantu tante ini. Setiap kali mereka berdua, sering kali saya melihat ekspresi cinta mereka yang halus dan samar. Awalnya sih terasa biasa saja. Namun sampai suatu saat saya menyadari betapa menyenangkannya berada di dekat mereka. Begitu murah hatinya mereka. Begitu ringannya ngobrol dengan mereka. Orang-orang yang sudah tua sebenarnya, tetapi nyambung banget dengan anak muda-muda.

Mungkin itu sebabnya sampai saat ini, sudah 3 tahun saya tetap berusaha hadir di latihan rutin komunitas paduan suara ini. 
Memang selalu ada makan malam bersama yang enak-enak setiap habis latian, tapi saya gak segitu lacurnya hanya untuk mengejar makan. haha. Kalau mau mengasah suara, jelas bukan di sini tempatnya. Masih banyak tempat lain yang lebih advance. Tetapi ada spirit dan kebersamaan yang diikat oleh seorang Tante Seraphina, sebagai host, sebagai ibu dan motor kelompok.

Apa yah inti postingan ini?

Wajah tante Ina memang cantik, tapi dia jadi bersinar karena kebesaran hatinya dan kepasrahannya dalam hidup. Justru dibalik keterbatasan fisiknya.

Luar biasa. Semoga saya bisa, barang sedikit saja berbesar hati seperti beliau.



Friday, November 16, 2012

Kecelakaan di Pasupati.

Beberapa hari yang lalu adik saya menceritakan pengalamannya menolong korban kecelakaan antara tiga motor yang mengalami tabrakan beruntun di jalan layang Pasupati Bandung. Adik saya tersebut bercerita, kejadiannya terjadi di sore hari ketika hujan tiba-tiba turun dengan deras sehingga membuat pengendara motor menjadi terburu-buru. Ada yang menambah laju, ada yang buru-buru minggir untuk memakai jas  hujan dsb.

Tabrakan terjadi di pertemuan jalur dari arah pasteur dan arah naik dari cihampelas. Ketika hujan turun, motor dari arah pasteur buru-buru merapat kiri, sedangkan dari arah cihampelas menambah kecepatan. Adik saya yang saat itu berkendara dari arah pasteur melihat di depannya terjadi tabrakan, di mana motor dan orang terpelanting.

Dia segera minggir dan berusaha menolong. Ada tiga motor, tiga pengendara.
- 1 mahasiswa tingkat awal yang mukanya lecet2 dan berdarah, tapi masih sadar dan baik2 saja. Tetapi motornya hancur paling parah.
- 1 pemuda sepantaran dengannya yg tampaknya baik2 saja. Motornya pun baik2 saja, hanya lecet karena jatuh.
- 1 bapak umur 60/70an yang sudah pingsan tertelungkup. Motornya tidak terlalu parah.

Saat itu adik saya langsung membalikkan badan si bapak, menaruh kepala si bapak di pangkuannya, sambil berusaha membangunkan sambil menepuk2 lengannya. Dari mulut si bapak darah mengalir keluar. Kata adik saya suasana cukup dramatis saat hujan turun cukup deras.
Banyak orang yang berhenti dan hanya melihat, mengerubungi, tapi tidak menolong. Adik saya sibuk menutupi agar muka si bapak tidak kena hujan, namun kerubungan nafas manusia lebih menjadi masalah. Adik saya meminta agar tidak berkerumun.  Tapi untung ada beberapa yang segera meminggirkan kendaraan korban sambil berusaha menyetop mobil2 yang lewat untuk ditumpangi ke rumah sakit. Tapi tidak ada yang mau berhenti, ketika dihadang pun, mereka tetap maju sambil mengklakson.  Kebanyakan penonton yang turun dari motor mungkin senang dengan tontonan tanpa berusaha menolong.

Beruntung dan terberkatilah sebuah suzuki carry futura yang tanpa disetop, lgs berhenti dan membawa si bapak beserta si mahasiswa melawan arah turun ke cihampelas menuju RSHS.

Adik saya tetap tinggal di lokasi menjaga motor korban sambil menelepon keluarga korban. Setelah satu penolong kembali ke lokasi bersama Futura, mereka bersama-sama (cieeeh) membawa motor korban ke RSHS. Saat itu dia meninggalkan motornya di jalan layang. *untung gak hilang...

Si bapak mendapat perawatan di rumah sakit, keluarga si mahasiswa dihubungi dan akan menyusul ke rumah sakit. Sementara si pemuda sepantaran tidak tahu kabarnya, dia tiba2 menghilang. Apakah dia yang tidak hati-hati sehingga menyebabkan kecelakaan ini terjadi? Hanya Tuhan yang tahu.

Adik saya kemudian mengambil motornya dan pulang ke rumah.
Ketika sampai di rumah saya melihatnya sedang berusaha mencuci pakaiannya yang sudah berdarah2 dan basah kuyup oleh hujan.

########

Cerita ini bukanlah cerita paling dramatis. Namun membuat saya terharu ketika mendengarnya langsung dari adik saya. Kenapa terharu? Karena cerita ini bisa saya dapatkan dari adik saya yang sejak kecil selalu bertengkar dengan saya. Adik yang sering saya anggap apatis dan tidak peduli dengan sekeliling selain diri sendiri. Tapi nyatanya dia yang pertama menolong sehingga memancing orang2 yang berbesar hati untuk ikut menolong. Bahkan saya pun jika berada dalam situasi seperti itu belum tentu mau berhenti menolong, apalagi saat itu sedang hujan.

Saya juga sekaligus merasa sedih, karena begitu banyak orang yang lewat, namun pada umumnya hanya menonton sambil berlalu, bahkan tidak perduli. Bagaimana jika bapak itu adalah orang tua kita? Bagaimana jika mahasiswa itu adalah saudara kita?

Semoga kelak semua lebih berhati-hati. Kalaupun karena suatu kelalaian terjadi kecelakaan, semoga kita semua tergerak untuk segera menolong. Jangan sampai kita menjadi manusia yang tidak berhati dan tidak peduli seperti orang-orang yang lewat di tempat kejadian.

PS:
Buat adikku: kamu punya pahala yang besar di surga. Dan sori aku share cerita ini tanpa izin, aku tau ini bukan gayamu untuk cerita sana sini tentang hidupmu. Tapi aku tau ada sebagian orang yang akan dapat mengambil sesuatu nilai dari sini. Proud of you.


Monday, October 10, 2011

Supra Inject bernama Cynta Lowra Bella : Merambah jalan Desa di Utara Bandung

Si Cynta Lowra Bella bersama model.

jalan desa
Motor bebek saya ini, sudah menemani saya berputar-putar ke banyak tempat di Jawa Barat. Dia sudah ke Ciamis, Garut, Subang, Indramayu, Ciwidey, Pengalengan,dll, dan tentunya dalam Kota Bandung dan sekitarnya.

Selama saya menunggangi si Cynta Lowra Bella ini, dia tidak pernah bertingkah. Paling hanya ban bocor, itupun hanya di dalam kota. Singkat kata, dia adalah Travel accompanion yang sangat useful, reliable dan fun :D

Tulisan saya kali ini membahas petualangan yang mendebarkan bersama si Cynta Lowra :D Here we go...

Kalau sudah jalan-jalan dengan si Cynta, sudah tentu jalanan dan medannya bermacam-macam. Ada jalan kota yang mulus, jalan desa yang ancur, naik-turun, hingga kontur pegunungan yang membuat si Cynta Lowra menjerit mendaki tanjakan. Tak Jarang tumpangan saya harus turun, kerna si Cinta gak gak gak kuat, gak gak gak kuat mendaki tanjakan yang kelewat curam, ataupun kalau saya salah ambil ancang-ancang sebelum tanjakan.
 
priceless moment
Semuanya terbayar dengan pemandangan indah yang bisa saya lihat sepanjang perjalanan, seperti kebun teh, perkampungan warga, pegunungan, tanah longsor, sawah dan ladang, hutan, sungai, jembatan dsb. 

Di antara semua perjalanan yang saya lakukan dengan si Cynta, ada beberapa perjalanan yang saya tandai sebagai perjalanan yang paling mendebarkan. Salah satunya adalah yang menjadi judul tulisan ini Tepatnya pada tanggal cantik 9-10-11 sehabis makan malam, saya merasa kepengen jalan-jalan. Lalu saya dan sahabat saya memutuskan mencoba jalan-jalan di utara Bandung. Tidak ada tujuan khusus, hanya ingin jalan dan get-lost. Apakah yang ada di ujung sana?  


jalan desa
Maka kami menyusuri jalan Bojong Koneng, terus ke atas. Jalanan terus menanjak,semakin ke atas rumah-rumah semakin jarang, berganti dengan desa, kebun dan sesekali ada rumah villa yang cantik dengan view ke arah Bandung, bagus deh. Makin ke atas, kami menemukan persimpangan, kiri atau lurus? Kalau kiri saya tahu, akan masuk ke kompleks dago pakar. kalau lurus...nggg, mari kita cari tahu. Jalan makin menanjak, makin rusak, rumah berganti bukit, lalu berganti lagi jadi gunung, udara makin dingin, lalu ada perkampungan lagi, lalu kebun lagi dan jeng jeng kami sudah di puncak bukit, tapi jalan belum berujung, terus ah.... ups ada pertigaan. kiri apa lurus ya? lurus ah.... eh, ada kampung dan ternyata ah, saya kenal jalan ini. Ini adalah jalan ke Warung Daweung, Moko.
 
Warung Daweung, Moko

View dari Moko, Sejajar dg awan

jalan di Bandung Utara
Ooooh, ternyata jalan ini nyambung ke jalan terusan Padasuka toh. (kami sudah menempuh 10km hingga di pertigaan padasuka ini dari Jalan Suci). Karena sudah tau jalan ini, kami balik menuju pertigaan terakhir. Dari obrol-obrol dengan teman, memang banyak yang bilang jalanan dari Moko ini bisa tembus ke Dago Pakar, wah patut dicoba ini. Maka di pertigaan ini kami kemudian ambil kiri, meluncur di jalan rusak pelan-pelan. Ngeri juga karena jalanan turun, pepohonan lebat, jalan kecil, hari sudah jam 10 malam,  gelap dan sepertinya tidak ada apa-apa di ujung lembah bawah sana selain kegelapan! Eh, ada perkampungan kecil dan ada pemuda nongkrong. Daripada nanti sampainya ke dunia lain mending tanya dulu apa bisa jalan itu tembus ke Dago. Bisa katanya, maka kami hajar deh. Nah di sinilah letak petualangan mendebarkannya. huaaaaa, luar biassoo!!

Jalanan kami kali ini benar-benar jalan gunung dan lembah yang tidak ada kehidupan. Hanya ladang, ataupun hutan. tidak ada lampu-lampu warga, hanya ada kami di atas si Cynta Lowra dan lampunya yang menerangi jalan. Lalu ada satu kampung kecil, tapi jalanan hanya melewati ujung kampung yang mana di pinggir-pinggir jalan adalah kuburan. Setelah melewati perkampungan, jalanan menurun terjal dan kami berada di lembah bukit yang besar, rasanya seolah-olah hendak masuk ke dalam gua, saya merinding. Ternyata jalanannya memutar ke bukit sebelah. Bambu di kiri kanan jalan menambah suasana, hmmmm.. Sense of direction saya mengatakan memang ini mengarah ke Dago, tapi kami berada di tempat yang sangat tinggi, di beberapa tempat kami bisa melihat lampu-lampu Perumahan Dago Pakar jauh di bawah, padahal Dago Pakar terletak  sudah sangat tinggi. Terus ke sana, kami menemukan kehidupan, yey! Dago Herbal life. Kami sudah di Dago.(kami sudah menempuh kira-kira 7km dari pertigaan tadi.)

Dari Dago herbal Life kami turun terus. Jalanan rusak, sehingga tidak bisa ngebut. Rumah-rumah di sekitar Dago Herbal Life pun habis,berganti Taman Hutan Juanda. Walau sudah di Dago, ternyata masih serem ya, saya takut lho, berada di bawah bayang-bayang benda yang besar seperti pohon dan gunung itu membuat saya parno!
Setelah kira-kira 2km, kami menemukan sebuah rumah villa ciamik, minimalis dan sendirian di pinggir jalan, alhamdulilah yah.. ada kehidupan. Coba aja tadi tembusnya ke Gua jepang di Hutan Juanda, ngerrriiii.
Makin ke bawah, kami menemukan makin banyak rumah yang mewah dan gede-gede pisan, dan sampailah kami di Dago, tinggal turun dan pulang.

Suasana kesendirian, dingin dan rasa ingin tahu dalam perjalanan ini sungguh memberi adrenalin yang luar biasa. Ketika sampai di rumah, saya tanya pada sahabat saya, apakah yang paling dia takutkan tadi. Jawabannya adalah takut masuk jurang, hahaha, berbeda dengan saya yang takut hantu, kuntilanak ataupun jadi-jadian lain. hahaha, beruntungnya saya punya teman yang rasional, jadi semakin termotivasi untuk 'tersesat' dan melihat sesuatu yang baru. Dan sekarang saya sudah tahu jalanan dari Dago yang tembus ke Moko, tapi tidak saya rekomendasikan kecuali Anda ingin menikmati setiap inci perjalanan dan menunggangi kendaraan yang punya kapasitas offroad.

Saya tak sabar ingin mencoba lagi di siang hari.

Friday, October 7, 2011

Beach.

Different people has their own criteria on best beach. It could be the sand, the nightlife, the facility support, the desolateness and so on. We can search information and picture of beaches around the world and see the heart-thrilling scene of wonderful beach. 

Later, I found that every beach has their own charm. Timing and moment we are in a beach can  effects how the beach looked, how it impresses.

I myself love the  lonely beach. I love natural beach. More natural the beach, the more i love it.


Let me share you some beach I have come lately.

 
Santolo Beach, Pamengpeuk,Garut.
 
This is Santolo Beach, Pamengpeuk Garut.
I came here at 2011's fasting time.
Nobody's there but ME and my friend. All the inn were empty, we got cheap price :D
Rawa Buaya Beach, Garut.




My friend took this picture. We're 6km from the beach. From this distance, the sea looks amazing, so misterious, made us stop to have some pics :D.
Near Batu Karas Beach, Ciamis.









 
Tsunami had just hit this beach one year ago (2006). I saw building's debrises in the land. There's no activity here. Though, the scenery is a-m-a-z-i-n-g.
Must be scary at night, but beautiful in the day.






Rawa Buaya Beach, Garut.
Most of beaches in South West-Java are Rocky. And because it directly faces the Hindian Ocean makes the tide's so big, so dangerous to swim here.
But, by just sitting in the beach, feel the wind, see the horizon, it's enough to recharge your mind.

Fisherman village between Pangandaran and BatuKaras





 
This land is level, the water is trapped when the tide goes low. So silent here, you can hear the wind blows....







Fisherman Village near Pangandaran
If you want to get a quiet desolate beach, don't go to tourist destination. Go to 'near' tourist destination. Or ask local. :D

Oh god, love this, miss this.

Fisherman Village near Pangandaran, Ciamis


















Early Morning at Beach





Early Morning at Beach




 

Please, go to the sea in the morning.
Feel the sensation, the loneliness.


Shepperd's Field near Rawa Buaya Beach








Tuesday, July 12, 2011

Sister's Birthday And New View of Life.

Adalah hal sepele sebenarnya yang mau saya tulis hari ini. Pada Selasa, 12 Juli 2011 ini, saudara perempuan (sister) saya berulang tahun yang ke sweet-XX. (Rahasia lhooo....) Seiring waktu saya merasa pertambahan umur adalah hal yang biasa, termasuk juga ketika hari ulang tahun itu datang. Baru saja saya ngobrol dengan sister saya ini, dan tiba-tiba rasanya hari ulang tahun adalah hal yang tidak biasa, ini luar biasa! Padahal ini bukan ulang tahun saya lho, ini ulang tahun orang lain. Kenapa bisa-bisanya saya merasa luar biasa? Nah, sayapun mencoba menggunakan afeksi dan kognisi saya secara simultan untuk menilai kenapa bisa jadi begini. Jadi kesimpulannya adalah karena................. ntar dulu ah, saya cerita dulu....

Jadi, saya 'ketemu gede' dengan sister saya ini, saat sedang kuliah. Kami bukanlah saudara kandung, bukan pula sepupu dekat, tapi satu yang pasti kami bersaudara karena adanya embel-embel marga yang sama di belakang nama kami. Itu artinya kami saudara seketurunan, walau entah dari berapa keturunan di atas kami kalau dirunut. Pada saat awal bertemu dan berkenalan saya merasa dia adalah orang yang bersahaja, simpel dan mandiri. Dia berbeda dengan mainstream anak-anak lainnya di lingkungan kampus kami yang mayoritas 'kelihatan' sengaja bergaya, bergaul dan berusaha menonjolkan diri. Singkat kata, dia orang yang dari penampilan luarnya tidak akan bisa ditebak: sekaya apakah dia, darimanakah asalnya, sepintar apakah otaknya, dsb.

Karena kami bersaudara, maka untuk menjadi dekat bukanlah hal yang sulit. Kami belajar bersama, main bersama, sering makan bersama dan banyak ngobrol heart to heart. Karena salah satu elemen saya adalah berbicara (talking - as i wrote in the first posting), maka saya menemukan satu tandem yang seimbang untuk bicara pada berbagai tingkatan tapi tidak lupa dengan pijakan. Saya bicara banyak hal dengan dia tanpa menjadi absurd. (Lain kalau bercanda, ya tetap gila lah, asal aja ngomongnya,haha..love that moments sis, rawrrrrr)

Di tengah perjalanan kami, saya menilai kalau dia ini orang yang boring karena sering kali komentar-komentarnya tidak antusias, datar dan seolah-olah apatis. Rasanya menjatuhkan mood-saat-itu, tidak sesuai dengan apa yg saya harapkan (kurang cocok nih jadi partner-in-crime). Namun ketika kepala ini sudah bersih dari emosi dan kepentingan, sehingga bisa menilai secara objektif, barulah saya menyadari dan mengerti bahwa dia ternyata adalah orang yang matang, tulus, realistis dan jauh dari konflik.(Dia phlegmatis bo!) Semua tindakan dan kata-katanya mengacu pada sifat-sifat tadi. Yah, sekilas memang rasanya seolah tidak menyenangkan, tapi kalau dipikirkan lagi,ternyata sangat bagus untuk hubungan jangka panjang a.k.a kehidupan. (Saya teringat pepatah  "seperti kembang api, makin besar apinya, makin cepat habisnya"). Perkataan dan tindak-tanduknya memang jarang yang spektakuler, malah seringnya low-profile, tapi jarang sekali dia berkonflik dengan orang-orang.

Melalui dia, saya menyadari bahwa hidup tidak melulu soal hal yang seru-seru seperti kembang api. Kembang api adalah hal yang insidentil, percis seperti momen-momen seru yang hanya butuh sesekali dalam kehidupan. Tapi hampir sepanjang waktu kita membutuhkan sesuatu yang biasa saja, realistis dan matang (mau menghindari konflik, atau senang konflik, up to you, both are choices, i respect choice). Pada umumnya pertemanan saya yang diwarnai banyak kembang api sangat indah dan berakhir dengan singkat, ada beberapa malah di mana kembang apinya melukai saya, so i guess that is not what i'm looking for.

Siang ini saat saya ngobrol sedikit dengannya, saya pun merasakan kegembiraan yang dia rasakan. Saya rasa itu cuma sugesti, tapi sugesti dapat lahir dari perasaan. Perasaan saya terbentuk dari pengalaman kami. Bagaimana kesan pertama saya, kesan kedua saya, kesan ketiga saya, dst, hingga saya menyadari sesuatu cara pandang baru, a new view of life. Thx sis, for this simple thing  yet meaningful, sehingga perasaan luar biasa bisa saya rasakan hanya dengan "sedikit ngobrol".

hepi buzday tr**t..haha
Happy Birthday my dear sister A*****_________
I never had a close S****** sister before____
But now i have, it feels so great____________
I wish a lot of happiness and blessing for you
now and onward________________________________






Thursday, July 7, 2011

Anjing

Oh God !!, Saya suka sekali anjing. Sedangkan bukan anjing milik saya saja, saya bisa jatuh cinta, Apalagi kalau kelak saya punya anjing sendiri, waduh tak terbayang bagaimana rasanya hidup ini akan berubah. Tentu saya akan lebih sering jalan kaki membawa anjing saya berolahraga, akibatnya saya akan menjadi lebih kurus (beberapa tahun belakangan, saya menggendut karena hidup yang santai, and seemingly futureless, haha, jadi saya agak agak terobsesi untuk kembali menjadi kurus, atau menjadi atletis, tapi untuk berolahraga rasanya maaa to the les..males!) *Curcol*.

Saat ini, saya tinggal di sebuah kontrakan dalam gang, sehingga rasanya tidak memungkinkan untuk memelihara anjing tanpa mengganggu tetangga. Belum lagi ruang gerak si anjing (seperti makian sunda, SIANJEENG, haha) yang sangat terbatas. Jadi saat ini hasrat untuk memelihara anjing masih ada di awang-awang. Paling yang saya lakukan adalah browsing-browsing gambar dan video anjing---> thanks to youtube :D, menonton film-film tentang anjing seperti Marley and Me, Hachiko versi barat dan Jepang, Quill (this movies makes me cry, for damn sure!),  beverly hills chi hua hua 1 & 2, cats vs dogs, boltz, legally blonde (please, jgn muntah, anjingnya lucu lho, hahahaha) etc. Saya juga secara berkala main ke rumah teman-teman yang punya anjing, oh saya sudah merasa sebagai god-father anjing teman-teman saya :D.
Dari sekian banyak jenis-jenisnya, pada dasarnya saya menyukai semuanya, tetapi ada preferensi yang akan saya pelihara. Pada umumnya saya suka anjing yang besar dan playful, bulu panjang atau pendek tidak masalah. Tapi kondisi iklim tropis yang panas, membuat saya cenderung memilih yang bulunya pendek (kasian, panas bo.), tapi kembali lagi, kalo ada yang ngasih jenis newfoundland ataupun anjing-anjing kutub manapun saya terima kok.

Biasanya jenis Golden retriever, Labrador retriever, Siberian Husky, Chow chow, British Bulldog, Samoyed, collie, newfoundland (newfie), st. bernard adalah top list yang paling saya incar. Lalu suatu ketika saya iseng mencoba mencari informasi tentang basset hound, itu lho anjing yang menjadi icon merek hush puppies. Wah, melihat gambar-gambar anjing ini, juga video-nya, aduh lucu juga ya. Walaupun dari obrol-obrol dengan sesama pencinta anjing lainnya saya mendapat kesimpulan bahwa anjing basset ini agak-agak dong-dong, namun mereka sangat loveable, ohmigoood, saya gemez. 

Kaitannya dengan produk pakaian merek Hush Puppies, kebetulan saya sangat suka dengan merek ini. Walau dalam perkembangannya tidak semua model yang mereka keluarkan saya sukai, tetapi konsep desain yang mereka keluarkan cocok dengan selera saya yang menyukai sesuatu yang terlihat simple, walau sebenarnya di baliknya ingin meneriakkan LOOK AT ME!!!. hahahaha, YAAA, itulah saya, ingin diperhatikan, namun tetap terlihat seolah-olah simple dan ordinary, hahahaha.

Jadi salah satu Khayalan saya, jika kelak saya punya anjing, maka akan terlihat cool rasanya jika saya berjalan-jalan di acara car-free-day atau di mall yang pet-allowed memakai pakaian hush puppies sambil membawa anjing basset-hound (Tapi dengan anjing incaran lainnya yang saya sebutkan di atas juga boleh).


Saya bukan agen hush puppies lho, sekedar suka sama merek ini.




 
 
 
Pesan moral tulisan ini: berikanlah saya anjing (dan juga pakaian merek Hush Puppies). *Ngarep banget ya (Tapi memang saya ngarepp,hahaha)*

Tuesday, July 5, 2011

Trip to Curug Cindulang






Bersama anak setempat.
Apakah itu curug? Saya tahu artinya kurang lebih adalah ‘air terjun’. Tapi saya tidak mengetahui arti kata ‘curug’ secara pasti, karena saya belum pernah mencari referensi tertulisnya. Tapi karena banyaknya ‘curug’ yang dibahas di program-program televisi, maka tahulah saya artinya kurang lebih.

Saat hendak menulis tulisan ini, berkat adanya kadar Obssesive-Compulsive Disorder yang cukup tinggi dalam diri saya, maka tak tenang rasanya kalau tidak mencari dulu arti kata ‘curug’ yang sebenarnya dari Kamus Bahasa Indonesia. Karena tidak punya kamus, maka saya meminta bantuan pada mbah-google untuk mencarikan artinya. Eh, ternyata dari beberapa Kamus Bahasa Indonesia on-line yang saya coba, tidak ditemukan arti kata curug! Apa-apaan ini, masak tidak ada artinya? Lalu secara nothing-to-lose saya iseng mencoba mencari artinya di google-translator. Eh, ada booo, kalo ditranslate ke English, maka artinya adalah ‘waterfalls’. Saya senang sekaligus sedih. Senang karena ternyata pemahaman saya akan ‘curug’ selama ini memang benar, dan sedih karena di zaman cyber yang sedang pesat-pesatnya kamus online Bahasa Indonesia tidak reliabel, Huh! *Saya punya banyak kekesalan terhadap Indonesia,  walau banyak pula kebanggaan saya, lain waktu akan saya ceritakan.*

Curug Cindulang atau Curug Cinulang atau Curug Sindulang (Tiba-tiba plang penunjuk jalan Curug Cinulang berubah menjadi Curug Cindulang) merupakan sebuah curug yang terletak di sebelah Timur Bandung, yang mudah dicapai dengan kendaraan mobil ataupun motor. Jalannya sudah teraspal dengan baik dan letaknya tidak jauh dari jalan utama. Silakan googling saja, maka informasi mengenai curug ini sudah cukup banyak. Saya rasa tidak susah untuk mencapai curug ini.

Trip saya bersama 3 orang teman ke curug ini menggunakan mobil. Walaupun si mobil ini pendek, namun tidak ada masalah bemper dan kolong tersangkut jalanan rusak, yah memang jalanannya cukup baik juga sih. Sesampainya di lokasi, preman-preman (merangkap pengelola) setempat menyambut kami dengan menunjuk tempat parkir lalu menunjukkan tempat pembayaran tiket dan lalu gerbang kecil untuk masuk ke lokasi. Tiketnya Rp 4000 kalau tidak salah, termasuk parkir.

bagian curug yang terbaik viewnya.
Dengan semangat 45 saya dan teman-teman bergerak cepat turun ke bawah hendak melihat seperti apa pesona curug ini. Mendengar deru air terjun dan cipratan butir-butir air yang beterbangan memang menimbulkan perasaan yang luar biasa. Rasanya seperti ter-recharge lagi energi yin-yang dalam tubuh ini. (apa sih yin yang? Haha, nantilah saya cari informasinya) Tapi sayang seribu sayang, seperti objek wisata lain di Indonesia yang mudah dijangkau oleh banyak masyarakat Indonesia, maka sebanyak itu pula sampah di sana. Belum lagi banyak gubuk darurat tempat pedagang berjualan yang tidak terpakai lagi karena sudah rusak, menambah kesan angker tempat kuntilanak ataupun hyena melahirkan.

tiket masuk
Tapi itu bukan yang paling mengecewakan. Di atas aliran sungai setelah air itu terjun, ada sebuah jembatan untuk menyebrang ke sebrang sungai. Begitu menyebrangi jembatan, di seberang sungai tiba-tiba tukang sabit rumput menyambut kami dan meminta pembayaran tiket masuk. WTF! Katanya, daratan sebrang sana dikelola oleh kecamatan yang berbeda, sehingga tiket masuknya pun berbeda. Ya ampuuuun, apa-apaan ini? Tapi daripada merusak mood sendiri, akhirnya kami bayar juga karcis fotokopian yang sudah terlipat-lipat dan memudar dari kantong si tukang sabit (sepertinya karcis itu sudah berminggu-minggu di saku celananya). Dan dari situ kami trekking sedikit menanjak ke atas. Dari atas ternyata pemandangannya cukup Indah, dan cukup sepi (saya suka sekali tempat yang sepi dari pengunjung, curug yang sepi, pantai yang sepi, gunung yang sepi, oh indahnyoooo), hanya terlihat beberapa PNS berseragam yang lagi triple-date di siang hari (Nah-lho,ckckck).
pohon besar di ujung tebing







berfoto di bawah pohon besar tadi.
Dari Curug sebrang itu jalanan menanjak, dan terdapat sebuah pohon yang besar sekali. Semakin ke atas, ada jalan keluar menuju parkiran, ya sudah ..kami pulang setelah terjebak hujan hampir 2 jam di sebuah saung yang penuh tulisan dari tipe-ex para alay. Haha. Kesimpulan saya, Curug Cindulang dapat dijadikan alternatif soul-recharging jika waktu terbatas. Memang keindahan curug Cindulang ini tidak terlalu menakjubkan seperti beberapa curug lain. Batu-batu dan aliran airnya agak berantakan, tapi yang namanya alam, selalu menyajikan sesuatu yang luar biasa biarpun terkotori tangan-tangan manusia yang kurang mempunyai penghargaan.

Salah satu view dalam perjalanan ke Curug

 Sewaktu-waktu saya akan mengajak Anda ke sana. :D